Selasa, 01 September 2009

Small is Beautifull

Akhirnya saya bisa juga mengumpulkan serpihan-serpihan yang dipastikan hampir usang dijadikan sebuah kisah yang menarik, dan bisa berbagi dengan teman-teman seperjuangan. Hsyah..perjuangan hmmm tapi lebih kedengaran menarik kalau saya bilang kisah "small is beautiful".
Dalam blog ini saya pernah menceritakan tentang kisah ketika saya bertumbuh dalam sebuah pupuk yang dinamai "SMPK Frateran BHK Ndao" , saya masih juga belum berapa besar untuk berbuah, dan masih perlu pupuk lagi agar kuat dan bisa bertahan dalam hutan belantara yang pekat ini. Berunding dengan orang tua, pupuk apa yang layak diberikan ke saya, yang nota bene, tidak pintar (terbukti tidak bisa mengalahkan smart friend like Gerhilda atau Philip, mimpi kali ya..), bukan dari orang tua yang kaya atau mampu, tetapi karena saya juga doyan pupuk yang populer, doyan dengan berbagai jenis teman bertumbuh saya pun harus berpikir keras untuk sebuah keputusan yang layak dan sesuai buat saya. Informasi didapat teman bertumbuh yang sama-sama memakai SMPK Frateran BHK Ndao, 85 % alih-alih akan menggunakan pupuk yang cukup mahal ( untuk ukuran saya dan orang tua ), SMA K Syuradikara, pphhfff pilihan yang cukup sulit, akhirnya ada ultimatum, jika saya keukeh ke SMA K Syuradikara, maka saya tidak akan diberikan pupuk lanjutan yang sangat saya idamkan, Perguruan Tinggi di seberang pulau. Terpaksa saya harus menentukan pilihan dan mengambil alternatif yang cukup ringan sesuai kantong dan budget, saya pun rela banyak kehilangan sebagian teman bertumbuh karena terpisah oleh lahan. Cukup lama saya berpikir dan kemudian memberikan keputusan kepada orang tua, bahwa saya akan memilih SMA N 1. Pengalaman saya memilih lahan memang tidak pernah ke "Negeri" sehingga agak ganjil buat saya, dan perlu pemahaman yang extra untuk penyesuain. Dengan tangan terbuka saya pun harus bisa menerima tantangan baru, jenis yang baru, agak extrim dan pasti mainstream. Tekad utuh memberikan semangat yang membara.
Masa perkenalan, cukup terperangah dengan style baru ini, seperti doa sebelum kegiatan dimulai bunyinya " mari berdoa sesuai kepercayaan kita masing-masing". Kalau boleh saya bilang "terbatas" ruang kelas yang sederhana, meja-kursi yang sudah relatif reot, lapangan yang terbatas, hanya bisa basket dan volley, semua serba terbatas. Yang mungkin tidak terbatas adalah pagar sekolah yang hanya dibatas oleh batang pohon kesi (nama yang saya kenal), disana-sini bolong, asyik buat mangkir. Ada beberapa kenangan yang cukup saya ingat selama saya di lahan ini,
  • Saya pernah diajukan untuk mendapat beasiswa Supersemar, tetapi akhirnya tidak jadi karena katanya survey Dinas P&K, orang tua masih mampu hushysyh bilang saja mau dikasih ke sanak familinya ^_^
  • Punya geng waktu kelas 1, yang doyan bolos. ( Waktu pertama melakukan ini, sampai kebawa mimpi, secara anak baik-baik, eh bisa juga bolos )
  • Team volly ball putra paling oke.
  • Penghuni kelas super mini, kelas 2 hanya 8 orang, kemudian dapat murid pindahan 3 orang, bisa sampai 10 orang, berlanjut sampai kelas 3 sisa 9 orang, karena 1 orang harus tinggal kelas. Apa karena kelas Fisika selalu kurang peminat?
  • Mulai "jatuh cinta" husssh gak perlu pakai pengumuman kayaknya
  • Angkatan paling aktif, karena bisa mengaktifkan kembali mading sekolah yang sempat vakum.
  • Selalu kompak untuk bolos, sampai-sampai seisi kelas dimusuhin sama guru kimia, ngambek ceritanya, sehingga kitapun harus membuat surat pernyataan permintaan maaf yang dibuat oleh ketua kelas.
  • Pernah jadi penggerek bendera, eh bukan merah-putih tapi putih-merah...( kisah paling memalukan secara cowok yang ditaksir juga ikutan upacara )

Dan masih banyak kisah-kisah lain yang sayang untuk dibuang, walau mungkin sudah usang. Media ini yang membuat saya mengenal perbedaan, seperti ketika pelajaran agama, semua terpisah, Katolik selalu ngumpul di kelas Biologi, Islam juga kumpul jadi satu, serta Kristen Protestan yang sering tidak ada gurunya. Lebih banyak menggambarkan Ende yang sesungguhnya, karena tidak hanya penganut Katolik yang tekenal sebagai mayoritas, tetapi Ende juga punya banyak saudara yang Muslim yang lumayan ataupun Kristen yang relatif tidak banyak. Tidak hanya ada acara Natal bersama, tetapi saya pun akhirnya mengenal acara Idul Fitri bersama, saya sedikit tahu tentang Islam, tentang wanita yang memakai jilbab (secara punya teman kelas, perempuan hanya 2, dan keduanya memakai jilbab). Mulai mengenal kata Sidi ( bagi umat Kristen Protestan), ketika ada teman yang Sidi, dan kemudian saya ikut diundang untuk hadir. Ranah yang aku sebut sebagai small is beautifull. Perbedaan yang mampu menyatukan kami dalam pertumbuhan yang indah. Saya akhirnya bisa belajar menghargai perbedaan, karena itu indah.

Saya lebih banyak berkutat dengan buku-buku, pratikum-pratikum yang harus dilalui, tetapi saya pun juga bisa asyik dengan bolos, keliling kota naik bemo (gratis), rujakan bareng, nongkrong dan ngebakso bareng. Tempat- tempat favorit , seperti Kios Ka'e (manisan asamnya yummy), rumahnya Fani Resi (jajan gratis, secara punya kios), perpustakaan sekolah ( kalau pelajaran kosong), ngebakso di Jl Banteng, rumahnya Yantry Nasefa/Saiyo (makan gratis).

Pupuk ini mampu memberikan pencerahan, saya bisa melihat dunia lain, saya diberikan bekal yang mampuni, dan ketika saya sampai di titik lain, saya pun tidak kaget lagi. Berevolusi, itu pasti dan saya menyukainya, keadaanlah yang mampu membuat saya siap dengan style ini, dan menerimanya sebagai konsekuensi dari perjalanan tumbuh itu sendiri. Pupuk ini memberikan nilai tambah, saya mampu bergerak dalam ruang yang lebih bebas, saya tidak merasa kerdil , karena saya tidak sendiri. Setiap perjalanan memberikan efek yang berbeda, saya pun mengamininya. Kadang tidak harus lurus agar cepat sampai tujuan, butuh kelokan,butuh tanjakan, dan yang pasti mampu memberikan kekuatan agar tepat sasaran.

Kemudian menjadi pertanyaan pupuk mana yang paling manjur, atau media mana yang paling tepat? Mungkin saya akan menjawabnya bahwa semua sama takarannya, tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang, waktunya sama, energinya sama, manjurnya juga sama, efeknya juga sama . Tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang. Karena itu saya menikmatinya. Dan tentu saja pupuk itu mampu memberikan nilai tumbuh bagi saya, sehingga saya berevolusi dengan baik, memang tidak selalu mulus seperti tol, tetapi saya akan selalu mampu melewatinya.

Semoga pertumbuhan ini, mampu menjadikan saya sebagai sebuah pohon yang rindang, hijau, berakar kuat,berbuah banyak.

Semoga semesta berbahagia.

( for my class mate, Yermin, Benny, Saibah, Wati, Senny, Piter,Yulius we're small but it's enough for us, i love you guys )

1 komentar:

  1. Kakak... saya suka sekali tulisan ini... saya terkejut2 dengan pilihan bahasanya, bagaimana cerita sederhana ini disajikan dengan keapikan bahasa yang... yah... 10 THUMBS!

    Kios ka'e (manisan yang nyumi!!!!) :D hehehe... btw angkatan tahun berapa, kk? :)

    BalasHapus