Selasa, 26 Mei 2009

Only Me

Penderitaanku adalah robeknya kulit yang menutupi kesadaranku. Sebagaimana biji buah mesti pecah, agar intinya bisa tegak dibawah matahari, demikian pula aku mesti mengenali derita.
Dan kalau saja aku menerima hatiku di dalam ketakjuban terhadap keajabaiban sehari-hari dari hidupku, deritaku rasanya tak kurang menakjubkan dibanding kerianganku.
Banyak diantara penderitaanku adalah pilihanku sendiri.
Semoga semesta berbahagia

Senin, 25 Mei 2009

I did the best already

Jelang istirahat siang, Jumad, 14 Mei 2009, saya dikejutkan oleh sebuah sms dari adik di Ende yang mengabarkan bahwa Bapak dibawa ke UGD RSU Ende, karena anfal, Bapak punya sejarah dengan penyakit maag kronis sejak saya masih duduk di bangku SD. Tidak banyak yang bisa yang saya lakukan di siang itu, hanya mencoba melanjutkan kerjaan yang menumpuk, walau penuh dengan kegelisahan.Dengan kesabaran saya mencoba menguhubungi mama yang sedang dalam kepanikan agar tetap tenang, sabar dan terus berdoa.
Sedikit lega ketika menjelang sore, Bapak sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat inap, dan kondisinya sudah lumayan membaik, tidak ada erangan kesakitan. Saya pun bisa sedikit bernapas lega.Dan tidak lupa terus mengontak adik untuk menanyakan perkembangan kondisi Bapak.Sebelum tidur malam , tidak lupa saya berdoa agar Bapak diberi kesembuhan dan kekuatan melawan penyakit.
Dan ketika subuh, saya dikejutkan oleh deringan hand phone, dari adik, dengan kemantapan hati dimana saya tidak punya perasaan akan terjadi hal yang paling buruk, saya pun mendengar isak tangis mama, yang mengatakan Bapak tidak kuat lagi, dan harus diberi "sakramen minyak suci". Tuhan Yesus, saya ikhlas, kalau memang ini yang terbaik bagi Bapak.
Tepat jam 04:00 WIB, adik pun memberi kabar bahwa Bapak telah tiada..............
Seperti ada yang melayang dari jiwa saya, entah apa, saya pun diam terpaku...
Sesegera mungkin saya pun teringat mama, saya kemudian menelpon hp adik untuk bicara dengan Mama..." Mama kuat yah, ikhlas kan Bapak pergi.....rencana Tuhan terbaik buat Bapak.... "
Tiada tangisan....saya pun segera mencari travel bag, dan kemudian menyiapkan pakaian untuk perjalanan ke Ende. Masih sempat saya menelpon mama, dan bicara ..."Ma penguburan Bapak harus tunggu saya nyampe di Ende....."
Berkat bantuan beberapa teman, saya pun mendapat tiket via Kupang, perjalanan yang terasa sangat jauh dan melelahkan....setiap langkap kaki seperti tidak menyatu dengan raga...jiwapun entah ke mana.....mulut sayapun komat-kamit dengan lafal doa.
Saya pun tiba di Kupang pkl 23:00 WIT, karena ketiadaan penerbangan langsung ke Ende, saya pun harus menginap di Kupang ( terima kasih atas dukungan Kel. Daniel Nubun, yang baru malam itu saya kenal, betapa tulusnya pertolongan buat saya).
Penerbangan ke Ende dengan Riau Airlines, terasa begitu lama, setiap langkap kaki saya begitu berat, perasaan makin tidak karuan, saya hanya berdoa agar selalu kuat, tabah dan ikhlas.
Akhirnya tiba di rumah Pkl 10:15 WIB, saya pun tidak kuat menahan tangisan, begitu melihat tubuh Bapak yang telah terbujut kaku, senyum tipis menghias wajah Bapak....Bapak pergi dengan sangat tenang...."damai"....
Saya pun teringat percakapan saya dengan Bapak, dua minggu sebelumnya di telpon, ..." Bapak, kami sangat menyayangi Bapak, jadi Bapak harus kuat melawan penyakit....Bapak harus hadir di perkawinan saya"...Terima kasih Tuhan Yesus kau rancangkan yang indah buat kami sekeluarga
Kematian adalah sebuah misteri yang akan dialami oleh semua pribadi, saya percaya Bapak telah di Surga yang Kekal sesuai janji Tuhan Yesus.
Selamat jalan Bapak, terima kasih atas pengorbanan, cinta serta kasih sayangmu kepada kami, Mama, saya, Diana dan Shinta. Engkau Bapak terbaik yang Tuhan sediakan buat saya.
Semoga semesta berbahagia.