
Keretakan oleh ego. Pembentukan oleh ego yang mampukan kita menjadi manusia yang beradab. Pembenaran atas diri dan pengingkaran atas setiap kebahagiaan, kesedihan, kesuksesan serta kegagalan hanya akan membuat kita semakin melekat terhadap setiap perubahan itu sendiri. Semua itu bukan wujud yang tetap, dan bukan suatu kepastian. Bahagia bisa berubah, kesedihan pasti akan bergulir, kesuksesan akan berganti dan kegagalan tidak selamanya bercokol abadi, semua akan berganti, datang silih berganti. Sayapun berpikir bahwa setiap kebaikan dan keburukan pribadi pun tidak selamanya kekal. Lingkungan sering kali mengatakan "tabiat nya memang begitu, susah untuk berubah" ataupun saya pun sering kali mendengar "anaknya memang begitu, susah.." Kekerasan yang dibentuk oleh pemikiran dan pengingkaran atas sebuah evolusi yang tidak terjamah. Saya pun bukan tidak menyadari semua kekuatan, kelemahan yang saya miliki dan ataupun mengabaikan setiap kelebihan dan kekurangan saya, saya masih bergumul dan juga terus berperang sebagai sebuah perwujudan ego, walaupun setiap kali saya mencoba dengan sekuat tenaga dalam iman bahwa semua mampu saya lewati toh saya pun tetap tidak menemukan kesembuhan total. Kekuatan, kelemahan, positif atau negatif silih berganti,datang dan pergi.
Saya kemudian sadar, bahwa saya bukan orang yang kuat, sayapun masih memiliki banyak kelemahan, dimana saya masih dibatasi oleh keterbatasan saya. Dan harus saya sadari semua itu tidak ada yang abadi, sehingga saya harusnya lebih mampu menerima setiap petak perubahaan kemudian membiarkan mengalir dan mememuhi semua rongga, menghantarkan kelegaan, atau biarkan mengalir tanpa berusaha untuk dicegah, atau ditekan hanya untuk kapasitas ego pribadi. Artinya saya harus lebih membiarkan, menerimanya tanpa perlu memaksanya menjadi yang saya inginkan. Tanpa perlu melihat perbedaan konsep antara benar dan salah, putih dan hitam, dan atau penjelasan yang hanya untuk memuaskan ego. Bahwa tanpa saya sadari semua itu tidaklah penting, tidaklah penting melihat bagaimana perasaaan saya berkecamuk karena terus dipompa oleh pemikiran saya, bagaimana saya dan dia berada dalam pencapaian ini, atau bagaimana saya dengan adik saya bisa berada dalam pemisahan ini. Kami dibangun oleh pemikiran, bagaimana saya mencoba menghilangkan pemikiran karena ketidak sempurnaan. Karena hidup tidak lah sempurna, tetapi kesempurnaan adalah kehidupan. Sehingga tentu saya harus selalu berada dalam kesempurnaan itu, yang mana adalah sebuah kehidupan. Tidak penting lagi tentang pencapaian saya dan dia yang begitu saya cintai setengah mati, atau pemisahan saya dan adik yang begitu saya sayangi. Saya harus menerimanya sebagai kesempurnaan hidup saya, sehingga sebagaimana adanya kehidupan. Saya pun harus menerima adanya diri mereka dalam sebuah keutuhan.
Semoga semesta berbahagia.
For MAA, I'm sorry if we not have a great journey
For my little sister, you changed and I had live with it.