Selasa, 07 Juli 2009

Sepenggal Evolusi


Prologue : Beberapa hari belakangan ini saya punya satu lagi kegiatan wajib, yaitu aktif mengechek wall ataupun massage di FB, relatif lama saya kenal dengan kecanggihan yang satu ini, tetapi saya pun baru merasakan euforia ber-fasebuuk. Alasan hanya satu saya semakin banyak bertemu dengan teman-teman lama, teman yang ada ketika saya bertumbuh dan berkembang. Dan kadang-kadang masa itu kembali terekam dengan jelas, seperti hari ini, thank God.


Saya selalu merasa , bertumbuh dan berkembangnya saya ketika saya mulai duduk di sekolah menengah, diawali dengan SMP yang cukup bonafid di kota kelahiran saya, Ende, SMP Frateran BHK Ndao, trade mark -nya SMP Ndao, sekolah Katolik yang dikelola oleh Yayasan Bunda Hati Kudus. Disini , saya dan teman-teman banyak mendapat pelajaran yang sangat "berjiwa" untuk skala waktu itu, moment yang selalu mampu mambuat otak pentiumku out of memory. Bagaimana tidak sekolah Katolik selalu terkenal dengan didikan ala militer, ketika dewasa membuat saya selalu berpikir para Frater ini biarawan atau tentara (ingat film US Army). Jangan ditanya hukuman-hukuman apa yang akan diberikan oleh bapak dan ibu guru atau para frater ketika para siswanya melakukan "kesalahan". Saya pun punya ide.. halah... :( membuat sebuah list hukuman yang paling membekas selama saya bersekolah di sini. Judulnya, Essential Punishment by List kureeen juga :) dan tanpa bermaksud untuk menyinggung orang-orang yang terlibat, atau membuat semuanya kembali teringat akan luka lama halah apaan seh.., atau saya juga tidak berkongsi, tidak dibayar, untuk mengkomersilkan jenis hukuman ini, ulasan ini murni berdasarkan pengalaman pribadi.

1. Terlambat Ikut Senam ( Setiap Sabtu Pagi, 06:30 WIT )

Kegiatan yang cukup menjadi favorit bagi semua siswa,alasannya karena aktifitasini akan diikuti oleh semua siswa dari kelas 1 sampai kelas 3, yang mana menjadi ajang mencuri-curi pandang bagi yang sudah mulai "jatuh cinta".
Jika tidak tepat waktu hadir alias terlambat, hukumannya adalah sambil berlutut ngitarin lapangan senam ( wualah jaman itu lapangan belum di semen, boro-boro yang ada pasir serta kerikil menjadi ancaman ).
Selama 3 tahun saya bersekolah disini , saya pernah sekali terlambat, ketika duduk di kelas 2, dan hasilnya lutut bengkak dan berdarah ...sudah pasti mulai saat itu kapok dengan jam karet. Bangun harus pagi, kalau tidak mau diamputasi lututnya :(

2. Terlambat Doa Pagi ( setiap hari, 07:00 WIT )

Siswa diwajibkan baris di depan gedung sekolah baru ( bertingkat, ya..satu-satunya sekolah jaman itu di Ende yang sudah bertingkat, canggih sob.. ) Rutinitas favorit juga, karena ukuran tubuh yang tinggi, saya selalu bisa bertengger di puncak tangga, sehingga mata bisa shopping dan tentu saja segeeer. Seperti minum es lilin yang selalu menjadi kegemaran kala itu.
Jika tidak mengikuti doa pagi, hukumannya seharian tidak diijikan ikut pelajaran, jika beruntung ( nasib baik...) maka mungkin hanya hukuman berdiri di pintu masuk gedung sampai bel istirahat pertama berbunyi.
Nasib baik saya selama 3 tahun disini saya tidak pernah terlambat dengan yang satu ini, kalau mau urat malu meradang jadi tumor ganas.

3. Makan atau ngemil selagi pelajaran di kelas

Kejadian yang cukup membekas, kelas 1, pelajaran PMP ( ketahuan jadulnya ne....), ada teman , Sherley Dewi, ngemil permen karet pada jam pelajaran PMP( masih ingat kepanjangan dari PMP....??). Nah..tau dong , sila ke 5 dari Pancasila adalah " Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia " hubungannya apa dengan satu kekacauan ini ?Hukuman oleh pak guru ( wuah ini saya lupa ne namanya....), Sherley masih punya sisa permen, kalau gak salah masih sisa 2 ( permen karet, yang setelah kuliah baru saya tahu itu permen mahal untuk ukuran kantong saya, yang kala itu hanya diberi uang jajan 500 perak ). Sherley diharuskan membagi potongan permen itu untuk seisi kelas dengan "keadilan bagi seluruh warga kelas" ( jumlahnya sekitar 32 orang ). Puff ...repotnya dia memotong permen, dengan tangan gemetar ( potongnya pakai silet cukur ...haaaa ada juga yang bawa), Sherley akhirnya berhasil melakukan tugas tersebut. Tapi tetap saja Sherley masih belum sesuai dengan sila ke-5, karena hasil potongan permen yang tidak adil. Ada yang dapat potongan yang lebih besar dan ada juga yang potongan lebih kecil :(
Saya, tentu tidak pernahmembuat kekacauan ini, ngemil selama pelajaran, mungkin juga karena uang jajan yang hanya 500 perak ( angka keramat yang setia menemani ratusan hari-hariku ) buat jajan sendiri aja hanya cukup sepotong ubi goreng dan sepotong es lilin, bagaimana dibagi dengan seisi kelas.

4. Riuhnya kelas ketika jam kosong

Setiap siswa ketika ditanya saat apa yang paling bahagia ketika di sekolah, jawaban hanya satu : saat di mana para guru rapat. Buat saya yang bukan orang penting di kelas, tentu bahagia, duduk ngobrol, corat-coret di buku di jam kosong seperti ini. Paling tidak melamun. Tapi pekerjaan berat buat ketua kelas dan wakil kelas, Ketua kelas : Philipi de Rozari, Wakil ketua : Gerhilda Ellen ( Chen chen ). Mereka berdua harus membuat susana tetap tenang, dan aman terkendali.
Suatu ketika saya waktu kelas 1, suasana di luar kendali mereka, kelas riuh, rame, kayak pasar Potulando di malam hari, Frater Albert yang kala itu menjabat sebagai Kepsek, marah besar, karena kelas sudah menjadi biang keributan. Siapa yang bertanggung jawab? Ketua kelas dan wakilnya tentu saja.
Hukumannya, tatoo dan cap kayu bambu ( pegangan sapu ijuk ) di betis mereka, pedas.... :(


5. Hentakan Kaki ketika naik tangga

Hukuman ini yang paling ngeri buat saya, bagaimana tidak akibatnya tidak seberapa tapi hukumannya hampir sama dengan "cabut dari kelas", suatu ketika, ketika kelas 2, ada teman saya, Ani Sewa, naik tangga ketika jam masuk pagi ( siswa diwajibkan berbaris satu per satu kalau mau masuk kelas masing-masing setelah jam sekolah , ingat gedung sekolah kita khan bertingkat...:) Nah dianya naik dengan semangat menggebu-gebu, mungkin sarapan ubi nuabosi jadi ala tentara sedang berbaris, tentu saja kedengaran sampai ruang Kepsek, akibatnya Ani, dipanggil ke ruang Kepsek, diberi hadiah. Padahal seingat saya hari itu bukan ulang tahunnya lho...
Tatto dan cap kayu bambu, di betis, pedas......:(
Mulai saat itu saya dan teman-teman kalau naik turun tangga selalu pelan dan hampir tidak pernah menimbulkan bunyi...ilmu ringankan tubuh :)


Hukuman yang mampu memberikan efek jera bagi kami, dan bagi saya pribadi sampai saat ini, adalah penghargaan akan sebuah komitment dan orang lain itu sangat penting. Kita selalu bisa dibentuk oleh sebuah revolusi, bangsa ini pun menjadi bangsa yang besar karena revolusi. Kehidupan adalah dinamis dan selalu mengalami perubahaan. Pengalaman-pengalaman otentik selalu mendekatkan saya pada sejatinya saya. Dan pastinya bukan sebuah trauma, karena trauma selalu berhubungan dengan kemelekatan. Saya mencoba merenung, relativitas ini sudah membentuk kekerasan jiwa saya, apa mungkin hal yang sama terjadi dengan teman-teman yang lain, tapi tidak dipungkiri ini relatif, proses evolusi setiap orang tidaklah sama. Meski pengalaman tersebut otentik dan jauh lebih berharga dari apa yang pernah saya dapatkan, ia telah berlalu, dan upaya saya mengkristalkannya justru akan mengubahnya menjadi perangkap emas. Demikian pula apa yang saya tuliskan di sini. Kendati saya ingin menjadikannya pengingat untuk mengekalkan momen , kata-kata hanyalah usaha semu yang tidak akan sanggup menjaring esensi kebenaran yang paling sejati.

Saya menulis ini pun mungkin karena sebuah euforia bertemu dengan
teman bertumbuh, tetapi hidup adalah sebuah perjalanan, dan kita selalu bisa mampir di setiap perhentian, hanya untuk melepas dahaga, beristirahat, atau melepaskan penat, atau sebuah analogi yang coba saya bentuk ketika perjalanan saya di sebuah padang pasir dan saya menemukan oase. Pertemuan dengan teman bertumbuh adalah oase. Liburan bagi jiwa yang penat, penawar bagi hati yang haus.

Dan kemudian kita semua akan kembali menapak, karena perjalanan tentu belum usai. Senyum saya pun mengembang, sepenggal harap dari lubuk terdalam. tak muluk sederhana saja : semoga pertemuan ini bukan karena euforia face-book.

Semoga semesta berbahagia.
PS : for my friends at Junior High School, kelas 1E, 2A, 3B. I had great journey with you guys.
will be continued with story at Senior High School .......

Jumat, 03 Juli 2009

Ex Boyfriend will be my best friend


How come?
Tulisan ini yang saya entry di wall FB, on 2 Juli 2009....terinspirasi banyak true story dari sekelilingku. Paling anyar sih kisah ibu yang satu ini, Yeyet , berapa banyak dari kita yang bisa bertahan hubungan dari sepasang kekasih, mencintai-dicintai, kemudian menjadi sepasang teman, komitmen yang lebih luas, tanpa tekanan nafsu memiliki. Dan bisa bertahan ketika masing-masing kitapun sudah menemukan kekasih hidup "suami-istri"?

Merubah status menjadi "sahabat" ketika perasaan "suka" masih ada, memang sulit. Kalau nantinya akan timbul cerita baru atau mungkin paling jelek masalah baru. Atau paling tidak apresiasi orang terhadap sebuah perubahaan komitmen ini sering kali "miring". Jarang yang mungkin bisa membuktikan sebuah kemurnian persahabatan yang asal muasalnya adalah dari sepasang kekasih.

Saya pun masih sulit untuk memegang yang satu ini, sulitnya bukan karena saya bisa betah karena kecocokan, ketersambungan, hati dan jiwa. Sulitnya melepas pernik yang masih melekat, atau mungkin saya yang enggan untuk melepas? Dan akhirnya saya pun mencoba untuk mulai mengendorkan ikatan yang begitu kencang mengikat. Dan inipun yang mulai membuat saya bahagia dengan diri sendiri, tujuan saya adalah tetap manjaga persahabatan tersebut dengan baik bukan meniadakan. Kebahagiaan bukan mekanisme eksternal, tetapi internal. Diri sayalah yang bisa membuat saya bahagia. Kita tidak bisa membahagiakan orang lain, sebalum diri kita bahagia. Tidak semua orang bisa setuju akan hal ini, wadah yang berubah untuk menopang dinamika kehidupan, dari wadah "sepasang kekasih" menjadi "sepasang sahabat", dan dapat merasakan wadah apa yang paling tepat untuk membungkusnya tentu saja diri kita sendiri.

Lantas wadah persahabatan seperti apa yang coba dibangun? Tentu saja ketika saya sudah merasa bahwa sebelumnya saya merasa ada kecocokan, ketersambungan, dalam hati dan jiwa, akan lebih mudah buat saya menyesuaikan diri. Kompensasi yang harus saya terima adalah bagian-bagian yang melekat dalam wadah tersebut, tanpa mencoba melihatnya sebagai parasit. Kita sering melihat bahwa alasan kita berbuat sesuatu karena orang lain, padahal nyatanya bahwa alasan paling utama adalah karena kita melihat hal tersebut adalah yang paling benar untuk diri kita sendiri. Saya pun mencoba untuk tidak terlalu sering menekan perasaan dan mengabaikan kebutuhan diri sendiri.
:-)
Siklus damai yang coba saya bangun dengan jujur kepada perasaan dan kebutuhan diri sendiri. Tidak semua memang ex yang menjadi teman baik, bukan maksud mencari tempat sampah, tapi karena kecocokan tersebut saya merasa damai menemukan orang-orang yang bersedia menyediakan hati dan telinga walau hanya sekedar untuk mendengarkan dan tentu saja tanpa syarat. Keselarasan yang dibangun karena jembatan personal yang mengikat, dan tentu saja mampu menjadi pendengar yang baik. Mampu membuat rasa nyaman bukan karena indahnya kata-kata atau eloknya paras, melainkan oleh tindakan sederhana, bercakap ringan tanpa isi, menatap dalam bening, namun mampu terdengar oleh jiwa. Reaksi kimia yang dibangun tanpa panjangnya senyawa yang melebur, itulah yang mampu menyatukan kami. Mereka yang mampu menabur sejuk di jiwa, bahkan ketika maranggas dan kerontang, adalah tentu mereka yang dapat menjadi sahabat hati. Mereka yang selalu bisa dapat saya percayai bahkan untuk rahasia-rahasia tergelap yang tak berani saya bagi kepada dunia, termasuk tak berani saya bagi kepada kekasih jiwa saya. Mereka yang cukup ada tanpa syarat, dan selalu mampu membuat jiwaku terpaku dan memancarkan cahaya yang lebih tanpa saya sadari.

Sahabat hati yang mampu kutemukan kepada mereka yang saya atau lingkungan sosial saya telah labeli dengan nama "ex boyfriend". Jadi itulah alasan kenapa dengan suka cita saya akan bilang, bahwa ex boyfriend can be my best friend.

Semoga semesta berbahagia.