Senin, 30 Maret 2009

Pernik - pernik Hidup

Ketika saya tidak disibukkan oleh "office thing", ya karena dua bulan belakangan ini, kalender di rumah saya sepertinya warna tanggalan semua hitam, cukup lega ketika tanggal merah kembali punya fungsi, maka saya gunakan hari Minggu ( March, 29th, 2009) untuk membongkar semua pernik-pernik fisik dalam hidup saya yang begitu melekat dengan saya, baju-baju lama, majalah favorit saya "Cosmopolitan", Mingguan "Nyata". Diantara itu saya juga mulai menata buku-buku yang sudah cukup lama tidak saya sentuh, saya memiliki kebiasaan menyimpan hal-hal tersebut secara menyeluruh dengan angan-angan kosong bahwa suatu saat saya akan menyortir-nya, membaca-nya, meng-klipingnya, atau memilah baju mana yang layak dan mana yang tidak dengan dalih suatu saat saya akan membutuhkan dan menyukai, dan tentu saja hal itu tidak akan pernah terjadi. Semua saudara saya, ataupun cowok saya tahu bahwa itu adalah "harta karun" yang tidak boleh disentuh, ataupun dipindahkan.
Hari Minggu ini saya gunakan untuk menyingkirkan, butuh waktu cukup lama, menimbang-nimbang tiap item tersebut mana yang tetap tinggal dan mana yang langsung masuk tong sampah atau jual ke tukang loak.
Cukup lama saya membereskan hal ini, dan begitu selesai, wah rasanya lega sekali, seperti ribuan kilo beban yang diangkat dari pundak saya. Kesibukan ini cukup menginspirasi saya untuk lebih jauh berpikir, bagaimana dengan proyek-proyek masa lalu, ataupun bawaan-bawaan yang bersifat non fisik, yang begitu melekat dan masih saya seret-seret ke mana-mana. Trauma masa lalu, perasaan kehilangan, kenangan yang pahit dan manis, kemarahan, kenyerian, ataupun kepedihan. Hal-hal ini yang begitu kuat saya cengkram, yang seringkali saya tidak ingat apakah saya memilikinya namun masih saya simpan, sehingga ketika secara tidak sengaja saya menemukan kembali saya pun merasa seperti sebagian dari diri saya menguap apabila saya kehilangan mereka. Saya mulai kecanduan, saya menjadi terperangkap dan tidak bisa bergerak maju dan bertanya-tanya mengapa hidup saya begitu melelahkan.
Melelahkan karena saya begitu kuat mencengkram, analoginya tangan yang terkepal dengan memegang sehelai tissue tentu lebih ringan ketika tangan itu saya buka kemudian membiarkan tissue lepas dari kepalan tangan saya.
Mungkin ini menerangkan mengapa saya begitu lega, begitu ringan ketika saya melepaskan dan menyikirkan sebagian isi lemari dan tumpukan majalah saya. Sepertinya saya harus membuang lebih banyak lagi.
Semoga semesta berbahagia.

1 komentar:

  1. Good posting, sepertinya saya juga sering kali sulit membuang "pernik-pernik" tersebut.
    :(

    BalasHapus